Gerakan Ekonomi Inklusif di Koperasi Kredit

Ketua Puskopdit Flores Mandiri Kristoforus Aja menyerahkan kenang-kenangan 50 tahun gerakan koperasi kredit di Flores kepada Uskup Agung Ende Mgr Vincentius Sensi Potokota di Ndona, Jumat 10 Juni 2022 (photo/frans obon)

Oleh Frans Obon

Selain berbagai kemajuan, pemantapan dan pertumbuhan gerakan koperasi kredit di Flores selama 50 tahun, kita mendapatkan satu inspirasi penting dari gerakan ini: membangun ekonomi inklusif. Melalui gerakan koperasi kredit, masyarakat Flores berusaha membangun fondasi ekonomi dalam semangat kebersamaan. Pemberdayaan sosial-ekonomi tidak lagi dibangun dalam batas-batas dan sekat-sekat eksklusif, melainkan dalam semangat inklusif.

Awal gerakan koperasi kredit terjadi di dalam Gereja Katolik Flores, tapi sama sekali tidak bersifat eksklusif. Gerakan ekonomi ini dilaksanakan dalam semangat kebersamaan, persaudaraan dan gotong royong lintas batas. Gerakan koperasi kredit menjangkau semua lapisan masyarakat, bahkan didorong sebagai salah satu medan dialog baru untuk menjembatani keberagaman.

Tanggal 11 Juni 2022, perayaan meriah 50 tahun gerakan koperasi kredit di Flores dilangsungkan di Puskopdit Flores Mandiri. Syukur menjadi nada dasar dari perayaan. Karena gerakan koperasi kredit bukan saja telah mencapai usia 50 tahun tetapi juga dapat diandalkan sebagai model bagi pemberdayaan sosial ekonomi masyarakat.

Peranan Gereja

Tidak dapat disangkal bahwa Gereja Katolik memainkan peranan penting dalam  pengembangan koperasi kredit di Flores. Upaya-upaya pemberdayaan sosial ekonomi masyarakat (umat) sudah dilakukan sejak kehadiran Gereja Katolik di Flores. Pertama-tama Gereja menyelenggarakan pendidikan dan kursus-kursus keterampilan baik pria maupun wanita, pengembangan pertanian dan komoditas pertanian, media massa dan penerbitan buku, lembaga koperasi, lembaga pendidikan tinggi dan pengembangan sosial ekonomi.

Keterlibatan demikian lahir dari pemahaman yang mendasar mengenai iman dan pengembangan sosial kemasyarakatan. Iman tidak saja dipahami sebagai relasi personal dengan Allah yang mempribadi dalam Yesus Kristus, melainkan juga keterlibatan sosial yang merupakan buah dari iman kepada Allah yang terlibat dalam kehidupan manusia melalui peristiwa inkarnasi. Ekonomi keselamatan tidak saja mencakup cura animarum (penyelamatan jiwa-jiwa) melainkan cura humanum (keselamatan manusia secara utuh menyeluruh). Perspektif iman demikian melahirkan pendekatan dan pola pewartaan iman dan misi Gereja dilangsungkan secara holistik.

Manajer Puskopdit Flores Mandiri Mikhael Hongkoda Jawa menyerahkan plakat kenang-kenangan 50 tahun koperasi kredit di Flores kepada Uskup Agung Ende Mgr Vincentius Sensi Potokota di Ndona, Jumat 10 Juni 2022. (photo/frans obon)

Pada awal abad 20 atau mulai tahun 1913/1914 ketika kehadiran intens Kongregasi Serikat Sabda Allah di Flores, masyarakat sudah berada pada fase pertanian dengan sistem ladang berpindah dan penguasaan tanah yang bersifat hierarkis. Sistem ladang berpindah dan pengolahan lahan secara tradisional serta sistem penguasaan tanah yang timpang menimbulkan persoalan. Pertanian sama sekali tidak bisa diandalkan sebagai sumber pembiayaan kehidupan. Pertanian yang bersifat subsisten menyulitkan masyarakat untuk membiayai pendidikan anak-anak dan kehidupan sosial ekonomi lainnya.

Bersamaan dengan itu pada tahun 1970-an diperkenalkan credit union ke Indonesia. Maka Gereja Katolik Flores mengambil bagian aktif dalam memperkenalkan credit union. Berbagai pertemuan digelar dan sosialisasi aktif dilakukan. Pertemuan-pertemuan yang dihadiri para klerus dan tokoh-tokoh awam diadakan.

Karena masyarakat belum terbiasa dengan sistem ekonomi baru ini maka langkah awal adalah pembentukan Kelompok Studi Tabungan (KST). Tidaklah mudah memulai hal baru seperti ini. Karena itu sebagian besar KST yang dibentuk mati. Banyak pula KST berkembang menjadi koperasi kredit, namun mati karena salah urus, ketidakmahiran dalam manajemen pengelolaan yang melahirkan berbagai konflik dan ketidakpercayaan.

Para inisiator dan perintis gerakan ini sadar bahwa harus ada satu badan koordinasi agar gerakan koperasi kredit ini berada di dalam jejaring kerja sama. Maka dibentuklah Badan Koordinasi Koperasi Kredit Daerah (BK3D). Wilayah Flores dibagi atas dua yakni BK3D Flores barat (Kabupaten Ende, Ngada, Manggarai hingga  Sumba) dan BK3D Flores timur (Kabupaten Sikka dan Flores Timur). Maka pengurus BK3D bersama pengurus koperasi kredit primer bahu membahu menghidupkan, mengembangkan dan menjaga keberlanjutan gerakan koperasi kredit.

Prinsip Gerakan

Prinsip-prinsip dasar gerakan koperasi kredit yakni swadaya, pendidikan dan solidaritas dihidupkan sejak awal hingga saat ini. Seiring dengan perjalanan waktu, prinsip-prinsip dasar ini ditambah dua yakni inovasi dan keberagaman. Prinsip inovasi merujuk pada komitmen untuk selalu mengadaptasikan diri pada perubahan terutama teknologi dan informasi. Koperasi kredit berkomitmen agar gerakan koperasi kredit tidak resisten terhadap perubahan melainkan memanfaatkan kemajuan informasi dan teknologi untuk keberlanjutan gerakan koperasi.

Sementara prinsip keberagaman adalah jawaban koperasi kredit  terhadap realitas masyarakat yang makin beragam dari segi pendidikan, latarbelakang, agama, sosial, dan lain-lain. Perkembangan masyarakat yang makin plural dan berwajah majemuk harus pula mendapat tempat dalam gerakan koperasi kredit.

Prinsip ini juga sesungguhnya mencerminkan asas gerakan koperasi di mana keanggotaannya bersifat terbuka. Siapa saja boleh menjadi anggota koperasi. Gerakan koperasi kredit di Flores sudah sejak awal juga menganut asas terbuka ini. Karena itu gerakan koperasi kredit di Flores tidak bersifat eksklusif, melainkan inklusif.

Manajer Puskopdit Flores Mandiri Mikhael Hongkoda Jawa menyerahkan kenang-kenangan 50 tahun koperasi kredit di Flores kepada Provinsial SVD Ende Pater Dr. Lukas Djua SVD di Biara Santo Yoseph Ende, 9 Juni 2022. (Photo/frans obon)

Prinsip keterbukaan ini menjadi satu kekuatan bersama dalam membangun ekonomi yang lebih inklusif di Flores. Gereja Katolik yang memulai gerakan ini di Flores begitu terbuka terhadap prinsip keberagaman dalam membangun kehidupan sosial ekonomi masyarakat. Gereja malah mendorong dan mengajak agar dalam semangat keberagaman masyarakat membangun ekonominya tanpa sekat.

Gerakan Lintas Batas

Uskup Agung Ende Mgr Vincentius Sensi Potokota dalam prolog buku kenangan 50 tahun koperasi kredit berjudul Koperasi Kredit, Dialog Kehidupan (2022) mengatakan:

“Gereja Flores sepantasnya berbangga bahwa koperasi kredit dalam wilayah pelayanan Puskopdit Flores Mandiri telah mencapai usia Emas dalam kiprah historis yang membumi dan memanusiakan. Pengalaman-pengalaman nyata pembebasan dan pemberdayaan  dalam proses yang inklusif  dan lintas sekat, telah membangun optimisme terutama untuk segenap pengurus, aktivis, dan anggota koperasi kredit di wilayah Flores.”

Bagi kita sebenarnya, membangun ekonomi inklusif dalam konteks masyarakat Flores bukanlah hal asing. Konteks dan kultur masyarakat Flores mendukung pengembangan ekonomi inklusif karena sistem kekerabatannya. Sistem kekerabatan menjadi fondasi dasar bagi pengembangan ekonomi bersama.

Oleh karena itu keberagaman adalah bagian dari keseharian masyarakat. Hal ini menjadi kekuatan bagi gerakan koperasi kredit ke depan untuk mengembangkan ekonomi inklusif di Flores. Tren ke arah pembangunan ekonomi inklusif melalui gerakan koperasi kredit sudah menampakkan hasilnya.

Dalam satu dekade terakhir gerakan koperasi  kredit makin berwajah plural dan hal itu menjadi fondasi bagi pengembangan ekonomi inklusif demi memulihkan martabat dan memanusiakan manusia.

Naskah ini awalnya menjadi Tajuk Flores Pos Net

Tinggalkan komentar