Setelah 40 Tahun Kemudian

Gubernur NTT Frans Lebu Raya menyerahkan perubahan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga kepada Ketua Puskopdit Flores Mandiri Yoseph Dopo.

Oleh FRANS OBON

Tanggal 27 Mei 2011 Gubernur NTT Frans Lebu Raya akan meresmikan gedung baru Pusat Koperasi Kredit (Puskopdit) Flores Mandiri di Ende. Gedung megah berlantai dua di Jln Melati itu, menurut Manajer Puskopdit Flores Mandiri Mikhael Hongkoda Jawa, merupakan visualisasi pencapaian gerakan koperasi kredit di Flores dalam kurun waktu 40 tahun.

Dia bilang kepada saya suatu kesempatan bahwa bukan soal berapa besar dana dialokasikan untuk membangun gedung baru ini, tapi gedung baru ini bercerita tentang keringat dan air mata, jatuh dan bangun dari orang-orang yang terlibat dalam gerakan koperasi kredit untuk menolong satu sama lain. Karena itu gedung baru ini mencerminkan tiga pilar dari gerakan koperasi kredit yakni pendidikan, swadaya, dan solidaritas. Karena itu tepat pada 40 tahun gerakan koperasi kredit di Indonesia dan di Flores, Puskopdit Flores Mandiri membangun gedung baru yang cukup representatif. Acara peresmian akan dimeriahkan dengan perayaan ekaristi yang dipimpin Yang Mulia Uskup Agung Ende Mgr Vincent Sensi Potokota.
Lanjutkan membaca “Setelah 40 Tahun Kemudian”

Sisi Lain dari Pemekaran

Oleh FRANS OBON

RIBUAN orang berdemonstrasi di Kantor Bupati dan DPRD Ngada untuk memprotes apa yang mereka namakan Surat Edaran Gubernur NTT. Menurut para demonstran, Surat Edaran Gubernur NTT Frans Lebu Raya, bernomor BU. 522.1/109/BAPPEDA/2010 tertanggal 20 Desember 2010 telah menghalangi usaha masyarakat Ngada untuk meminta pemerintah Pusat dalam hal ini Menteri Kehutanan untuk merevisi kembali luas hutan di Kabupaten Ngada (Flores Pos, edisi 6 Mei 2011).

Revisi batas hutan lindung dan cagar alam Watuata itu perlu dilakukan karena luas hutan lindung di Ngada jauh melampaui batas penetapan Menteri Kehutanan yakni 30 persen dari luas keseluruhan wilayah.
Lanjutkan membaca “Sisi Lain dari Pemekaran”

Orang Dalam dan Orang Luar

Oleh FRANS OBON

SENTIMEN etnik sering muncul pada saat tertentu di Flores. Orang luar dan orang dalam. Pendatang dan orang asli. Kategori ini selalu dimunculkan dalam konteks perebutan sumber daya di daerah-daerah. Kali ini sentimen lama ini datang lagi dalam soal penerimaan pegawai negeri sipil daerah. Tapi dengan wajah lain.

Setelah bicara mengenai komitmen, tanggung jawab, dan integritas di dalam bekerja, Bupati Ngada Marianus Sae dalam acara penyerahan Surat Keputusan (SK) pengangkatan calon pegawai negeri sipil daerah di Bajawa, Selasa (9/5/2011) juga bicara soal kemungkinan “orang luar” yang lolos seleksi pegawai negeri di Kabupaten Ngada menjadikannya sebagai batu loncatan agar pada satu waktu nanti mereka akan minta pindah ke daerah asalnya (Flores Pos edisi 11 Mei 2011).
Lanjutkan membaca “Orang Dalam dan Orang Luar”

Satu Perutusan, Banyak Pelayanan

Oleh FRANS OBON

Sejak Musyawarah Pastoral (Muspas) I (1987) hingga Muspas VI (2010), Keuskupan Agung Ende menggunakan pola proses dalam merumuskan reksa pastoralnya. Selain sebagai medium menjaring aspirasi umat, pola proses ini telah membantu umat memahami dengan lebih baik duduk perkara reksa pastoral keuskupan. Berbagai tema yang mencerminkan situasi dan kondisi riil umat Katolik di wilayah ini dibahas oleh para pakar dan mendapat masukan-masukan dari para peserta. Hampir 80 persen peserta Muspas adalah para awam Katolik yang terlibat di dalam berbagai bidang karya, meskipun terdapat kritikan bahwa representasi perempuan dari Muspas ke Muspas masih terbilang sedikit.
Lanjutkan membaca “Satu Perutusan, Banyak Pelayanan”

Makan dari Yang Kami Tanam

Para siswa di Kabupaten Ende terlibat dalam acara kesenian menyambut pejabat.

Oleh FRANS OBON

PEMERINTAH Provinsi Nusa Tenggara Timur menggelar pekan petani-nelayan ke-13 di Labuan Bajo, Manggarai Barat pada Selasa, 3 Mei 2011. Pekan petani-nelayan ini dibuka Wakil Gubernur NTT Esthon Foenay. Esthon mengajak masyarakat menyatukan langkah dan gerak memerangi kemiskinan dan kelaparan di NTT (Flores Pos, edisi 6 Mei 2011).
Lanjutkan membaca “Makan dari Yang Kami Tanam”

Kongsi Politik

Oleh FRANS OBON

DARI Jakarta hingga sudut-sudut di Flores, orang selalu bicara soal kongsi dalam politik. Dalam praktiknya bisa berbeda, tetapi polanya hampir sama. Kongsi politik tidak bertahan lama dan umumnya berantakan di tengah jalan. Ini disebabkan karena kongsi memang dibikin dan dirancang untuk kepentingan meraih kekuasaan. Pada saat mau mendapatkan dan meraih kekuasaan, kongsi melakukan konsolidasi dan berjalan hampir selalu solid. Tapi kongsi berantakan ketika kekuasaan sudah di tangan dan mulai digunakan. Karena di sana mulai tampak kekuasaan digunakan untuk apa dan demi kepentingan siapa serta mendapatkan apa dari kekuasaan tersebut. Karena itu memang untuk menilai kongsi, haruslah dilihat sebelum dan sesudah kekuasaan didapat dan bagaimana kekuasaan itu digunakan.
Lanjutkan membaca “Kongsi Politik”

Daerah Baru, Cara lama

Demonstrasi pemilihan umum kepala daerah dan wakil kepala daerah Kabupaten Lembata, Flores.

Oleh FRANS OBON

Hasil evaluasi Departemen Dalam Negeri terhadap daerah pemekaran baru di Indonesia baik provinsi maupun kabupaten/kota menyedihkan. Tidak banyak daerah pemekaran baru itu mengalami kemajuan berarti. Semua stagnan. Hasil evaluasi ini memang masih dapat diperdebatkan. Entahkah seluruhnya menjadi kesalahan pemerintahan daerah atau pemerintah pusat juga ikut memberikan kontribusi dalam masalah ini.

Daerah pemekaran baru itu masih diberi kesempatan untuk melakukan pembenahan-pembenahan. Jika tidak ada kemajuan, maka daerah mekaran baru itu akan kembali digabungkan dengan kabupaten induk.
Lanjutkan membaca “Daerah Baru, Cara lama”