Bukan Gading Biasa

ilustrasi
Oleh FRANS OBON

Polisi menahan Ichsan Said (57) karena mencuri dua batang gading. Pria asal Nusa Tenggara Barat (NTB) ini menetap di Bajawa, Kabupaten Ngada. Namun dua gading yang dia curi itu masih dicari oleh polisi. Menurut media, kemungkinan dua gading yang diperkirakan berusia 200-300 tahun itu dijual ke Denpasar (Flores Pos, 12 Oktober 2010).

Satu gading berukuran 1,30 meter dan satunya lagi berukuran 1,40 meter. Dua gading ini disimpan di rumah adat sa’o Nggua Rada Ara, Kecamatan Ndona, Kabupaten Ende, Flores. Warga kampung Rada Ara melakukan sumpah adat untuk mengutuk pelaku pencurian (Kompas edisi 26 Agustus 2010).
Lanjutkan membaca “Bukan Gading Biasa”

Maut di Pelra

Oleh FRANS OBON

Dalam dua bulan terakhir, kecelakaan laut paling besar terjadi di Flores. Agustus 2010 lalu, Hasnita Indah 3 terseret gelombang di selat Boleng, Kabupaten Flores Timur, mengakibatkan belasan orang meninggal dunia. Diperkirakan selain cuaca buruk dan gelombang laut, penyebab kecelakaan kapal yang mengangkut penumpang tujuan Lewoleba, Kabupaten Lembata itu adalah sarat muatan. Ini artinya muatan termasuk jumlah penumpang yang diangkut jauh lebih banyak daripada kemampuan kapal (Flores Pos edisi 10-11 Agustus 2010).
Lanjutkan membaca “Maut di Pelra”

Sampai Hati

Oleh FRANS OBON

Polisi Aesesa berhasil mengungkapkan kasus pembunuhan Yohanes Brechmans Biae Dae atau biasa disapa Nyoman. Polisi masih menyembunyikan saksi mata dalam kejadian ini. Dua orang telah ditetapkan jadi tersangka. Satu dari dua tersangka masih menyangkal. Sedangkan satunya mengaku. Satunya lagi, ada di tempat kejadian perkara namun mengaku tidak ikut membunuh korban (Flores Pos edisi 22 Oktober 2010).

Polisi masih terus mendalami kasus ini. Menurut Kapolsek Aesesa, Fisie Muhamad Putra, polisi memiliki cukup bukti. Meski satu pelaku menyangkal, polisi punya saksi.
Lanjutkan membaca “Sampai Hati”

Lingkungan Kita Buruk

Oleh FRANS OBON

Diare teleh merenggut satu nyawa anak di Kabupaten Sikka. Belasan masih sedang dirawat. Dalam beberapa pekan ini, sekitar lima puluhan anak dirawat karena diare (Flores Pos, edisi 20 Oktober 2010).

Direktur Rumah Sakit TC Hillers Maumere, dokter Asep Purnama menilai diare dan malaria, terutama bagi Kabupaten Sikka, merupakan ancaman serius pada saat dan menjelang musim hujan tiba. Dia menganalogikan dampak buruk diare dan malaria itu lebih ganas dibandingkan dengan kejadian teroris manusia.
Lanjutkan membaca “Lingkungan Kita Buruk”

Soal KDRT

Oleh FRANS OBON

Dalam edisi Selasa (19/10/2010) media ini (Flores Pos) di halaman depannya memuat dua berita tentang kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Satunya adalah menimpa keluarga muda dengan usia yang juga masih belia.

Kekerasan dalam rumah tangga terjadi tentu karena ada masalah. Akar masalahnya bisa karena ekonomi, relasi dalam keluarga besar, budaya, masa lalu dari pasangan, dan bisa juga oleh hal-hal sepele. Kedua belah pihak tidak menemukan jalan terbaik untuk menyelesaikan masalah. Akibatnya naluri dasariah hukum rimba muncul. Yang kuat merasa benar sendiri. Dia menggunakan kekuatan fisik untuk menekan dan memaksakan kehendaknya. Yang lemah tentu saja menjadi korban.
Lanjutkan membaca “Soal KDRT”

Hak Rakyat Terabaikan

Oleh FRANS OBON

Pemilihan umum kepala daerah (pemilukada) Flores Timur masih panjang jalannya. Mungkin pula berliku, penuh onak dan duri.
Memang saat ini telah dilakukan pergantian antarwaktu anggota Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Flores Timur tapi belum bisa dilantik karena masih harus menunggu dana dari pemerintah pusat. Akibat lanjutannya adalah anggota pengganti antarwaktu ini tidak bisa mengikuti bimbingan teknis (bimtek) mengenai penyelenggaraan pemilukada.
Lanjutkan membaca “Hak Rakyat Terabaikan”

Agar Kita Mengerti

Oleh FRANS OBON

Forum Aufklarung menggelar demonstrasi ke Mapolres Manggarai dan mendesak polisi memproses secara hukum semua pihak yang terlibat dalam kasus pertambangan di hutan lindung Nggalak Rego atau yang dikenal dengan tambang Soga di Desa Nggalak, Kecamatan Reok (Flores Pos edisi 16 Oktober 2010).

Sekitar tiga puluhan pendemo tidak berhasil bertemu dengan Kapolres Hambali karena Kapolres dan pejabat terkait lainnya tidak berada di tempat. Mereka minta polisi memproses hukum semua pihak yang terlibat.
Lanjutkan membaca “Agar Kita Mengerti”