Tambang

Pulau kelelawar, Riung
Oleh FRANS OBON

BEBERAPA tahun belakangan ini, orang-orang Flores dan Lembata berteriak: tolak investasi tambang di Flores-Lembata. Investasi tambang akan merugikan petani. Tambang tidak memberi nilai tambah pada petani. Tambang merusak lingkungan dan menghancurkan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) seperti dicanangkan pemerintah. Tanah adalah aset petani. Kerusakan yang diakibatkan tambang tidak akan dengan mudah dipulihkan. Mereka melihat tambang di Sumbawa, mereka saksikan di Buyat dan mereka tercengang melihat Papua.
Lanjutkan membaca “Tambang”

Semangat yang Terlupakan

Seminari Kisol
Oleh FRANS OBON

PARA PESERTA pertemuan Musyawarah Pendidikan (Musdikat) bertepuk tangan saat Ketua Yayasan Tananua Hironimus Pala menyajikan dampak positif dari arisan pendidikan yang mereka rintis dan bangun di Wolomuku, Kabupaten Ende. Daerah itu terisolasi karena buruknya transportasi, meski potensi ekonominya cukup terutama tanaman komoditas perdagangan. Meski demikian mentalitas masyarakat telah mempengaruhi cara hidup mereka. Sikap fatalistis. Dia sendiri mengaku bahwa awalnya merintis arisan pendidikan seperti ini bukanlah hal mudah. Apalagi dia bersama para pemrakarsa lainnya menghadapi kultur masyarakat doi bhondo ngama bhanda.
Lanjutkan membaca “Semangat yang Terlupakan”

Ekaristi dan Komunitas

Oleh FRANS OBON

Judul ini saya ambil dari tema pertemuan 80 teolog, misionaris, dan aktivis awam dari 11 negara Asia. Tema lengkapnya “ Ekaristi dan Komunitas – Melampau Semua Penghalang (Eucharist and Community – Beyond and All Barriers). Pertemuan ini digelar tanggal 18-20 Mei di Pusat Retret St Benediktus di Seoul, Korea Selatan dan diselenggarakan oleh Gerakan Katolik Internasional untuk Urusan Intelektual dan Kultural (International Catholic Movement for Intellectual and Cultural Affairs/ICMICA) dan Institut Teologi Woori (Woori Theology Institute/WTI) yang berbasis di Seoul.
Lanjutkan membaca “Ekaristi dan Komunitas”

Berebut Klaim

Oleh FRANS OBON

TIGA partai politik merebut satu klaim: swasembada beras. Partai Golkar, Partai Demokrat, dan Partai Keadilan Sejahtera. Golkar duluan mengiklankan bahwa tokoh-tokoh Golkar di pemerintahan telah sukses membuat Indonesia swasembada beras. PKS bikin iklan. Arsitek swasembada beras itu adalah tokoh PKS. Menteri Pertanian Anto Apriantono adalah menteri dari PKS. Partai Demokrat bikin iklan pidato Presiden SBY di parlemen mengenai swasembada beras. “Siapa dulu presidennya. Terima kasih SBY” bunyi iklannya.
Lanjutkan membaca “Berebut Klaim”

Netralitas PNS

Oleh FRANS OBON

Kalau kita sedikit nakal, kita mungkin menanyakan ini: siapa yang paling berkepentingan dalam setiap kali pilkada baik di daerah maupun di provinsi. Adakah rakyat? Ya rakyat berkepentingan karena mereka harus memiliki pemimpin yang akan mengatur kehidupan bersama mereka. Pemimpin yang mereka pilih itu akan menyelenggarakan pemerintahan, mengatur kue pembangunan dan mengalokasikan anggaran. Mereka ciptakan program, yang menurut mereka akan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kita memerlukan birokrasi karena merekalah yang akan mengatur kehidupan kita mulai dari lahir hingga mati.
Lanjutkan membaca “Netralitas PNS”

Tak Ada Klaim Tunggal

Oleh FRANS OBON

Peraih Nobel dalam bidang ekonomi tahun 1998 Amartya Sen menulis sebuah opini: A World Not Neatly Divided (Sebuah Dunia yang Tak Terbagi dengan Rapi) (New York Times, 23 November 2001). Dunia memang tidak pernah dibagi secara ketat. Dia bilang, banyak orang keliru mengerti tesis Samuel Huntington tentang perbenturan peradaban (clash civilasation). Kelemahan dasar dari teori Huntington adalah penggunaan kategorisasi tertentu dalam menilai sebuah masyarakat. Kategori sivilisasi terkesan artifisial dan tidak konsisten sebab ada banyak cara dalam melihat masyarakat (dari perspektif politik, bahasa, kelas, afiliasi, dan lain-lain).
Lanjutkan membaca “Tak Ada Klaim Tunggal”