50 Tahun Koperasi Kredit di Flores

Perayaan misa 50 tahun koperasi kredit di Flores dipimpin Uskup Agung Ende Mgr. Vincentius Sensi Potokota.

Oleh Frans Obon

Tiga hari sebelum perayaan 50 tahun gerakan koperasi kredit di Flores,  11 Juni 2022, utusan dari koperasi-koperasi primer dari Kabupaten Ngada, Nagekeo dan Ende sudah datang ke Puskopdit Flores Mandiri. Mereka menempati kamar-kamar hotel Flores Mandiri – milik gerakan koperasi kredit yang didirikan 2014 dan sebelum dibangun dan dijadikan hotel, di lokasi yang sama dibangun gedung Pusdiklat. Sedangkan utusan koperasi primer dari Kabupaten Ende yang berdomisili di Kota Ende datang dari masing-masing kediamannya.

Mikhael Hongkoda Jawa, Manajer Puskopdit Flores Mandiri bersama staf, telah beberapa bulan sebelumnya menyiapkan perayaan hari puncak. Berbagai pertemuan persiapan dilakukan. Semua detail dari acara dicek satu persatu. Panitia dengan tanggung jawab masing-masing melaporkan kemajuan persiapan.  Mikhael, dengan pengalaman 27 tahun bekerja di Puskodpit Flores Mandiri, tidak ingin ada hal-hal yang terlewatkan. Bahkan dengan teliti dia memeriksa detail dari setiap acara untuk memastikan bahwa pada hari puncak semua berjalan lancar.

Puskopdit Flores Mandiri

Sejak awal gerakan koperasi kredit, kompleks Puskopdit Flores Mandiri menjadi pusat gerakan koperasi kredit di Flores. Puskopdit menghubungkan gerakan koperasi kredit di berbagai lembaga pendidikan dan pusat-pusat paroki dengan Delegatus Socialis (Delsos) Keuskupan Agung Ende – Delsos adalah komisi pengembangan sosial ekonomi Gereja Katolik dan sekarang bernama Komisi Pengembangan Sosial Ekonomi (PSE).

Peranan Puskopdit adalah melakukan koordinasi, dinamisasi, animasi dan sosialisasi gerakan koperasi kredit di Flores. Puskopdit menjadi pusat gerakan koperasi kredit sebagai wadah ekonomi baru tahun 1970-an di Flores dan pada tahun-tahun awal Orde Baru.

Nama Puskopdit Flores Mandiri relatif baru dan merupakan hasil amandemen AD/ART berdasarkan rapat khusus pengurus 5-6 Februari 2011. Beberapa bulan setelah itu, tanggal 27 Mei 2011, Gubernur NTT Frans Lebu Raya menyerahkan SK AD/ART perubahan bertepatan dengan perayaan 40 tahun gerakan koperasi kredit dan peresmian kantor Pusat Puskopdit Flores Mandiri.

Pada awalnya, Puskopdit Flores Mandiri bernama Badan Koordinasi Koperasi Kredit Daerah (BK3D) NTT Barat,  berubah lagi nama menjadi Puskopdit BEN (Bajawa, Ende, dan Nagekeo), lalu Puskopdit Bekatigade dan terakhir Puskopdit Flores Mandiri. Tahun 1998 Manggarai dan Sumba membentuk lembaga  sekunder sendiri bernama Puskopdit Manggarai Raya. Lalu, beberapa tahun belakang Sumba mendirikan lembaga sekunder sendiri.

Tahun 1972

Mengapa 1972? Setelah sosialisasi demi sosialisasi dan animasi demi animasi gerakan koperasi  kredit, tahun 1972 atas prakarsa guru-guru di SMAK Katolik Syuradikara didirikan koperasi kredit pertama, CU Jayakarta.

Sementara itu di berbagai paroki dan sekolah para pegiat gerakan ekonomi baru ini membentuk Kelompok Studi Tabungan (KST) sebelum membentuk Credit Union. Mengapa demikian? Mayoritas masyarakat Flores saat itu adalah petani dan masih belum terlalu kenal dengan lembaga keuangan, belum memiliki tradisi dan kebiasaan menabung (saving habits) uang. Namun masyarakat sudah terbiasa memiliki lumbung pangan. Kebiasaan tersebut hampir ditemukan di setiap daerah di Flores.  Lembaga perbankan hanya BRI dan terdapat di kota-kota kabupaten.

Provinsial SVD Ende Pater Dr. Lukas Djua SVD menerima utusan gerakan koperasi kredit di Biara Santo Yoseph Ende

Gereja Katolik melihat bahwa ada satu kebutuhan baru yakni membuka akses masyarakat pada lembaga keuangan untuk membiayai pendidikan dan kesejahteraan sosial lainnya. Sektor pertanian yang umumnya subsisten tidak mampu menopang perekonomian masyarakat. Apalagi orde pembangunan dari pemerintahan Orde Baru sedang gencarnya membangun ekonomi Indonesia setelah Indonesia dilanda inflasi yang tinggi di masa akhir Orde Lama pemerintahan Soekarno.

Masyarakat agraris tidak mengimbangi perubahan ekonomi pasar itu karena masih terikat dengan budaya agraris. Dampaknya adalah masyarakat sering terjerat rentenir dengan sistem bunga tinggi.

Berita terkait

Wadah ekonomi baru ini bukanlah hal mudah.  Pada awalnya ratusan kelompok studi tabungan dibentuk, namun sekian banyak pula mati perlahan-lahan dan menghilang. Ada pegiat dan anggota koperasi kredit mengalami pengalaman traumatis, lalu berhenti. Tapi ada pula tokoh-tokoh dan para penggerak koperasi kredit tidak mengenal lelah dan tidak menyerah begitu saja. Mereka terus mendampingi, menganimasi dan membantu koperasi primer yang bertahan. Mengkampanyekan, memberikan sosialisasi, dan mendorong pembentukan koperasi primer.

Penggerak koperasi kredit meyakinkan masyarakat bahwa koperasi kredit bisa bertumbuh dan berkembang asalkan disertai dengan perbaikan manajemen kerja dan pengelolaan. Koperasi kredit harus bekerja menurut prinsip gerakan koperasi kredit yang berbasis tiga pilar utama: swadaya, solidaritas dan pendidikan – dalam satu dekade terakhir ditambah dua pilar prinsip: keberagaman dan inovasi.

Pada periode yang sama Gereja Katolik Flores sedang gencar memulai perencanaan baru dalam perencanaan pastoral. Gereja Katolik Flores mendorong kemandirian gereja dalam hal tenaga dan finansial. Diluncurkan program Gereja mandiri, suatu tekad membangun Gereja Katolik Flores berada di pundak orang Flores dan menghayati agama Katolik dalam cara hidup dan budaya Flores.

Periode awal dari gerakan ini tidaklah mudah, mungkin pula dilihat sebagai hal yang tidak menjanjikan. Tapi tokoh-tokoh awam Katolik terutama guru-guru di lembaga-lembaga pendidikan Katolik bersama hierarki Gereja konsisten melakukan animasi, pendampingan dan dinamisasi gerakan koperasi kredit. Dengan ketekunan, komitmen dan tanggung jawab terhadap kemajuan sosial ekonomi masyarakat, selalu saja ada tokoh-tokoh yang terus berjuang dalam semua keterbatasan yang ada.

Perayaan 50 Tahun

Gerakan koperasi kredit di Flores tidak pernah melupakan jasa Gereja Katolik dalam gerakan ekonomi baru ini. Dengan alasan demikian, perayaan 50 tahun juga merupakan kesempatan menoleh dan melihat kembali jejak perjalanan dari mana langkah pertama gerakan ini dimulai.

Sebelum acara puncak, utusan dari 40 koperasi kredit primer di bawah Puskopdit Flores Mandiri melakukan berbagai kegiatan dengan tujuan menoleh dan menelusuri jejak historis dari perjalanan dan perkembangan koperasi kredit di Flores.

Kamis 9 Juni 2022. Seluruh utusan koperasi kredit primer dan Puskopdit Flores Mandiri berdialog dengan Provinsial SVD Ende di Biara Santo Yoseph, Jln Katedral. Biara Santo Yoseph merupakan residensi Regional, pemimpin tertinggi SVD wilayah Nusa Tenggara (NTT, NTB, dan Bali) bersama jajarannya pada masa lalu dan menjadi pusat pengembangan sosial ekonomi dan media di Flores. Sebutan Regional kemudian diubah menjadi provinsial. Serikat Sabda Allah (Societas Verbi Divini/SVD) membagi menjadi empat provinsi wilayah kerja di Indonesia yakni Provinsi SVD Ende, Provinsi SVD Ruteng, Provinsi SVD Timor dan Provinsi SVD Jawa.

Ziarah ke makam Pater Bernard Johanes Baack, SVD penggagas dan pendiri koperasi kredit di Flores.

Di tempat ini pula Presiden pertama Indonesia, Soekarno sering berkunjung dan berdiskusi dengan pastor-pastor dari Eropa. Tempat tinggal Soekarno dan keluarga pada masa pembuangan di Ende tidak terlalu jauh dari biara ini. Mengenang relasi Soekarno pada masa pembuangan di Ende, Flores (1934-1938) dengan para pastor dari Serikat Sabda Allah, saat ini didirikan Serambi Soekarno di pendopo Biara Santo Yoseph karena di pendopo ini yang menghadapi ke laut, Soekarno dan sahabat-sahabatnya yang pastor berdiskusi dan berdialog.

Di situlah pertemuan utusan koperasi kredit dengan Pater Provinsial dan Rektor Biara Santu Yoseph berlangsung. Provinsial SVD Ende Pater Dr. Lukas Djua SVD menjelaskan mengenai pengembangan sosial ekonomi seperti pertanian, pertukangan, sekolah dan media dan penerbitan serta keperintisan gereja di bidang perhubungan laut dengan membeli kapal.

Paling fenomenal adalah kapal Ratu Rosari yang menghubungkan Flores dengan Bali dan Jawa. Rektor Biara Santo Yoseph Pater Frans Ndoi SVD berbicara mengenai latarbelakang sejarah perjumpaan pastor-pastor SVD dan Soekarno dan pendirian Serambi Soekarno di tempat tersebut.

Jumat 10 Juni 2022. Seluruh utusan koperasi kredit bertemu dan berdialog dengan Uskup Agung Ende Mgr Vincentius Sensi Potokota di Ndona, arah timur Kota Ende. Ndona adalah tempat resmi kediaman uskup-uskup Keuskupan Agung Ende. Kegiatan berlangsung pada pagi hingga siang hari.

Dari tempat ini, gerakan ini berawal. Karena Pater Bernardus Johanes Baack SVD menjabat Ketua Delegatus Socialis Keuskupan Agung Ende – komisi pengembangan sosial ekonomi di keuskupan. Pertemuan dengan uskup mengingatkan gerakan koperasi kredit untuk tidak melupakan akar dan tapak pertama dari perjalanannya. Usai dialog dengan Uskup, utusan gerakan koperasi kredit berdoa di makam para uskup di Ndona yang terletak di bagian barat kediaman uskup.

Menurut Mikhael Hongkoda Jawa, Manajer Puskopdit Flores Mandiri, Keuskupan Agung Ende dan Provinsi SVD Ende adalah “Ibu yang mengandung dan melahirkan” gerakan koperasi kredit. Sebagai cara merawat ingatan, pegiat koperasi kredit perlu melakukan kunjungan kepada dua institusi penting ini dalam sejarah perkembangan sosial ekonomi di Flores.

Sore hari, pada hari yang sama, pegiat koperasi melakukan ziarah dan berdoa di pekuburan Biara Bruder Santo Konradus (BBK) di Jalan Wirajaya, tempat Pater Bernadus Johanes Baack SVD, penggagas dan pendiri gerakan koperasi kredit di dimakamkan. Acara dipimpin Pater Elias Doni SVD, penasihat rohani gerakan koperasi kredit di Puskopdit Flores Mandiri.

Perayaan Puncak

Tanggal 11 Juni 2022. Perayaan puncak peringatan 50 tahun gerakan koperasi kredit di Flores di bawah koordinasi Puskopdit Flores Mandiri. Uskup Agung Ende Mgr. Vicentius Sensi Potokota dan Provinsial SVD Ende Pater Dr. Lukas Djua SVD memimpin perayaan ekaristi di aula utama Hotel Flores Mandiri. Bupati Nagekeo Johanes Don Bosco Do dan Bupati Ende Djafar Achmad hadir pada acara pesta emas gerakan koperasi kredit.

Buku kenangan 50 tahun koperasi kredit di Flores diberikan kepada uskup, bupati, pejabat pemerintah dan undangan.

Penerbitan Buku

Mengenang perjalanan 50 tahun gerakan koperasi kredit, panitia menerbitkan dua buku: Koperasi Kredit, Dialog Kehidupan dan Merawat Ingatan, Jejak Sejarah Koperasi Kredit di Flores, yang diterbitkan Penerbit Ledalero. Kedua buku ini adalah bentuk pendokumentasian sejarah seluruh gerakan, pertumbuhan dan perkembangan koperasi kredit di bawah naungan Puskopdit Flores Mandiri. Pendokumentasian yang bermakna historis tersebut memperlihatkan perkembangan dan pertumbuhan dan implementasi dari tujuan asali pendirian gerakan koperasi kredit di Flores yakni pemberdayaan sosial ekonomi masyarakat.

Ke depan

Generasi awal dari gerakan ini yang masih hidup tidak pernah menyangka dan membayangkan bahwa koperasi kredit berkembang seperti saat ini. Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan saat ini adalah suatu kemajuan yang patut disyukuri setelah koperasi kredit mengalami pasang surut.

Karena itu nada syukur muncul begitu kuat dari perayaan ini. Tapi juga sekaligus perayaan ini memberikan pekerjaan rumah yang tidak ringan lantaran perkembangan dan pertumbuhan yang ada saat ini haruslah terus dijaga dan dirawat.

Di antara nada syukur itu, terbersit pula harapan agar seluruh pegiat koperasi kredit, baik pengurus, pengawas, manajamen maupun anggota, menjadikan perayaan 50 tahun sebagai momen pembelajaran dan evaluasi. Hal ini menjadi penting karena perjalanan koperasi kredit dalam rentang waktu 50 tahun telah memberikan kita pelajaran penting mengenai apa yang perlu dan apa yang tidak perlu dilakukan.

Di tengah pertumbuhan yang menggembirakan dari gerakan koperasi kredit, terbentang di depan mata kita tugas yang tidak ringan yakni bagaimana koperasi kredit sebagai gerakan pemberdayaan sosial ekonomi mampu menjadi mesin utama yang menggerakkan ekonomi masyarakat kita.

Perlahan-lahan masyarakat kita harus menyesuaikan dirinya dengan derap langkah ekonomi pasar. Sebagian besar masyarakat kita masih bergelut dengan sektor pertanian tapi di sisi lain ekonomi pasar sudah sangat kuat mempengaruhi kehidupan sosial ekonomi masyarakat kita.

Kaum muda kita yang tamat dari perguruan tinggi semakin banyak dan sebagian dari mereka kembali ke desa. Sebagian lagi mengadu nasib di kota-kota kabupaten. Bagaimana kelompok intelektual muda ini terlibat dalam ekonomi pasar melalui pengembangan ekonomi kreatif adalah pertanyaan terbuka yang juga berlaku bagi gerakan koperasi kredit.

Kita hendak menegaskan satu hal bahwa  koperasi kredit harus kembali mengarahkan perhatian pada tujuan asalinya yakni sebagai medium pemberdayaan sosial ekonomi masyarakat. Kita berharap gerakan koperasi kredit di Flores harus menjadi tiang utama pertumbuhan ekonomi kreatif dengan kaum muda sebagai motor penggerak utamanya.

Koperasi kredit menjadi lembaga dan sumber pembiayaan ekonomi kreatif dari kaum muda sehingga kaum muda bukan lagi menjadi pencari kerja melainkan pencipta lapangan kerja. Dengan bantuan dan pinjaman modal koperasi kredit, kaum muda kita dapat memanfaatkan sumber daya dan aset-aset yang tersedia di masyarakat kita.

Versi awal dari artikel ini adalah tajuk Florespos Net.

2 pemikiran pada “50 Tahun Koperasi Kredit di Flores

  1. Ping-balik: Gerakan Ekonomi Inklusif di Koperasi Kredit – Flores Inside

  2. Ping-balik: Kepemimpinan dalam Koperasi Kredit – Flores Inside

Tinggalkan komentar