Oleh FRANS OBON
AWAL JANUARI 2016, Gereja Katolik Keuskupan Ruteng menggelar pertemuan pastoral yang melibatkan para pastor paroki, pemimpin lembaga dan pemimpin tarekat serta tokoh-tokoh awam untuk merumuskan bersama implementasi hasil Sinode III Keuskupan Ruteng yang telah berlangsung secara bertahap mulai 2013 hingga 2015. Dari berbagai proses dalam Sinode III Keuskupan Ruteng dan kira-kira setelah 100 tahun usia Gereja Katolik Manggarai, Gereja Katolik Keuskupan Ruteng merumuskan identitas dirinya sebagai “Persekutuan umat Allah yang beriman Solid, Mandiri dan Solider.
Tahun 2016 adalah tahun pertama implementasi Sinode III dengan fokus pada tema liturgi yakni “Liturgi adalah sumber kerahiman ilahi dan puncak kehidupan umat beriman.” Tema ini sudah diuraikan dalam Surat Gembala Advent dan Natal Uskup Ruteng Mgr Hubert Leteng.
“Iman yang solid, mandiri, dan solider ini ingin kita wujudkan melalui aneka gerakan dan program pastoral dalam lingkaran 10 tahun. Dalam tahun pertama 2016, kita memusatkan diri pada liturgi. Sebab liturgi menurut Konsili Vatikan II merupakan sumber sekaligus puncak kehidupan Gereja. Seluruh karya pastoral Gereja terarah kepada persatuan mesra Allah dengan umat-Nya. Di lain pihak perjumpaan dengan Allah dalam liturgi menjadi sumber kekuatan hidup umat Allah sehingga “sehati-sejiwa dalam kasih” dan dapat mengamalkan kasih Allah dalam hidup sehari-hari,” kata Uskup Hubert.
Lanjutkan membaca “Gereja yang Berempati”