Suara Kita untuk Perkara Kaum Miskin (1)

Daerah persawahan di Detusoko, Kabupaten Ende.

Oleh Frans Obon

Paus Fransiskus memulai pesannya pada Hari Orang Miskin Sedunia ke-5 pada tanggal 13 Juni 2021 dengan kata-kata menarik ini: “Orang-orang miskin akan selalu ada bersama kamu,” (Mrk. 14:7). Kata-kata ini merupakan tanggapan Yesus terhadap percakapan di antara para murid-Nya tentang  tindakan seorang perempuan di Betania yang mengurapi kepala Yesus dengan minyak narwastu. Paus mengatakan, tindakan perempuan yang mengurapi kepala Yesus dengan minyak narwastu di rumah Simon, si kusta, di Betania, mendapat dua tanggapan yang berbeda.

Pertama, tanggapan para murid yang melihat tindakan perempuan tersebut sebagai pemborosan dan tidak bermanfaat. Karena seandainya minyak itu dijual, maka mereka akan mendapatkan uang untuk membantu orang-orang miskin. Harga minyak narwastu itu tigas ratus dinar lebih (bdk Mrk. 14:4-5). Karena itu mereka memarahi perempuan tersebut.

Teks Markus 14:3-9 dan paralelnya Matius 26:6-13 tidak menyebutkan nama orang yang gusar itu, termasuk nama perempuan tersebut. Namun dalam Injil Yohanes 12:1-8, nama murid dan nama perempuan itu disebutkan. Orang yang merasa gusar itu melihat perbuatan Maria, nama perempuan tersebut, sebagai pemborosan. Dia mengkalkulasinya secara ekonomis. Dia seakan-akan berbicara atas nama kepentingan orang miskin. Teks Yohanes menyebut nama Yudas Iskariot mengatakan hal demikian demi kepentingan dirinya.

“Hal itu dikatakannya bukan karena ia memperhatikan orang-orang miskin, melainkan ia adalah seorang pencuri; ia sering mengambil uang yang disimpan dalam kas yang dipegangnya” (Yoh. 12:6).

Kedua, Yesus memuji dan menghargai tindakan perempuan tersebut “sebagai persiapan untuk penguburan-Nya,” sebab pengurapan itu terjadi enam hari sebelum Paskah. Kemudian Yesus mengatakan, “Sesungguhnya di mana saja Injil diwartakan di seluruh dunia, apa yang dilakukannya ini akan disebut juga untuk mengingat dia” (Mrk 14:9).

Bagi Yesus, tindakan perempuan tersebut adalah sebuah persiapan untuk kematian-Nya. Yesus mengidentifikasikan diri-Nya dengan orang miskin, bahkan yang paling miskin, suatu simbol keberpihakan pada orang miskin, terpinggirkan, dan diskriminatif. Karena itu tindakan perempuan yang mengurapi Yesus merepresentasi orang-orang miskin bahkan yang paling miskin, mewakili sensitivitas seorang perempuan.

Paus mengatakan: “Perempuan tanpa nama itu, mungkin juga mewakili semua perempuan yang dari masa ke masa tidak dapat bersuara dan menderita kekerasan, maka dia menjadi perempuan pertama dari perempuan-perempuan  yang secara signifikan hadir pada momen paling krusial dalam kehidupan Yesus: penyaliban, kematian, penguburan dan kebangkitan-Nya”.

Menurut Paus, ke mana saja Injil diwartakan, nama perempuan itu akan selalu disebut. Hal ini merupakan suatu proklamasi mengenai peranan penting perempuan dalam pewartaan Injil. Perempuan ini menunjukkan sikap empati terhadap orang lain. Proklamasi mengenai hubungan yang tidak terpisahkan antara Yesus, orang miskin dan pemakluman Injil. Wajah Allah yang hendak disampaikan Yesus adalah wajah Allah yang dekat dan selalu ada bersama orang miskin. Bentuk evangelisasi untuk menemukan jalan-jalan baru dari pencarian wajah Allah.

Kata-kata “orang miskin akan selalu ada bersama kamu,” kata Paus, tidak dimaksudkan untuk melahirkan sikap indiferentisme atau sikap tidak peduli dengan orang miskin, tetapi sebaliknya mendorong keterlibatan aktif dan meneguhkan komitmen untuk melibatkan diri dalam masalah orang miskin. Paus berharap semangat menggapai tangan orang miskin dan mendatangi  mereka di mana saja akan terus bertumbuh pada gereja-geraja lokal dan menginspirasi suatu gerakan evangelisasi untuk menjumpai orang miskin secara personal.

Paus mengatakan: “Kita tidak bisa menunggu orang miskin mengetuk pintu rumah kita tetapi dengan amat mendesak kita perlu menjumpai mereka di rumah-rumah mereka, di rumah-rumah sakit dan rumah-rumah perawatan, di jalan-jalan dan di sudut-sudut di mana kadang-kadang mereka bersembunyi, dan pusat-pusat perlindungan dan persinggahan.  Adalah penting memahami bagaimana mereka merasakan, apa yang mereka alami dan apa keinginan hati mereka.”

Saling Membagi

Kita tahu bahwa orang miskin ada di sekitar kita dan mungkin kita berada dalam satu komunitas dengan mereka. Mereka ada di Gereja dan menjadi umat Allah. Karena itu mereka haruslah dijadikan orang-orang yang bisa diajak bekerja sama, membahas bersama dan menemukan jalan keluar bersama terkait masalah kemiskinan. Kita membutuhkan sikap dialogal dan semangat membagi pengalaman iman dan inisiatif-inisiatif  baru bersama orang miskin.

Dalam kadar tertentu, orang miskin adalah mereka yang tidak memiliki cukup harta benda, tetapi dalam banyak hal mereka memiliki kekayaan dan harta berharga yang nonmaterial. Kekayaan, dengan demikian, tidak selalu berarti benda dan harta material seperti uang dan barang. Kita bisa belajar soal keterbukaan, spiritualitas,  kebaikan, ketulusan, kesederhanaan, dan rasa hormat pada kemanusiaan dari orang-orang miskin. Maka bagi Paus, sharing bersama dalam komunitas bersama orang miskin dapat saling memperkaya.

Paus mengatakan, memang diperlukan bantuan-bantuan karitatif bagi orang miskin tapi hal-hal semacam ini hanya bersifat temporal. Namun hal yang abadi adalah sharing bersama dan saling membagi apa yang dimiliki masing-masing pihak dalam suatu dialog bersama. Sharing bersama ini lahir dari rasa peduli dan empati terhadap situasi orang miskin dan menemukan bersama dalam sharing tersebut akar dari kemiskinan dan situasi keterpurukan dan keterpinggiran orang miskin.

Kemiskinan seringkali bukanlah situasi yang terberi dan orang miskin harus bertanggung jawab sendiri atas situasinya, melainkan kemiskinan lahir dari sistem ekonomi yang mementingkan diri sendiri, dampak dari privilese sekelompok orang. Akibat dari sistem pasar yang mengabaikan prinsip etis dan pada akhirnya menciptakan kondisi yang semakin tidak manusiawi dan makin membahayakan.

Menghadapi situasi seperti ini, Injil Kristus mendesak orang beriman agar memberi perhatian khusus pada masalah kemiskinan dan melakukan analisis untuk menemukan bentuk-bentuk baru kekacauan moral dan sosial yang menciptakan situasi kemiskinan baru. Dengan jalan demikian, kita dapat menemukan jalan-jalan alternatif yang harus dipilih bersama. Hal demikian memperlihatkan proses partisipatif dalam pemecahan masalah. Dalam arti orang miskin tidak hanya menerima begitu saja jalan keluar dan intervensi pengentasan orang miskin.

Paus mengatakan: “Kita perlu terbuka membaca tanda-tanda zaman yang menuntut para pewarta menemukan cara-cara baru mengevangelisasi dunia dewasa ini. Bantuan langsung dalam menjawab kebutuhan-kebutuhan orang miskin tidak harus mencegah kita untuk memperlihatkan implementasi masa depan tanda-tanda baru cinta dan karya amal Kristen sebagai jawaban terhadap bentuk-bentuk baru kemiskinan yang dialami manusia dewasa ini.”

Pendekatan baru

Ada banyak wajah dari akar-akar kemiskinan, sehingga kita tidak selalu menggunakan kerangka yang sama. Kita membutuhkan alternatif-alternatif baru. Kita memerlukan format baru yang dapat menjawabi persoalan yang ada. Menurut Paus, jika kemiskinan terus terjadi, maka hal ini dapat membahayakan demokrasi dan menghancurkan semua kebijakan sosial. Karena itu sudah seharusnya pemerintah melakukan berbagai upaya mengatasi kemiskinan.

Paus mengatakan: “Dengan penuh kerendahan hati, kita harus akui bahwa kita sering tidak memiliki kemampuan bila berhadapan dengan orang miskin. Kita sering membicarakan mereka dengan cara abstrak; kita berhenti pada angka-angka statistik dan kita mengira dapat menggerakkan hati orang miskin dengan membuat sebuah film dokumenter. Sebaliknya kemiskinan harus memotivasi kita untuk kreatif membuat perencanaan, tujuan yang meningkatkan kebebasan yang diperlukan untuk hidup secara penuh seturut kemampuan setiap orang. Adalah sebuah ilusi yang harus kita tolak bahwa kebebasan datang dan bertumbuh bersamaan dengan kepemilikan uang. Melayani orang miskin dengan efektif menggerakkan kita untuk bertindak dan menjadikannya mungkin untuk menemukan jalan-jalan yang tepat dalam meningkatkan dan mempromosikan sebagian dari kemanusiaan ini yang terlalu sering tanpa nama dan suara yang jelas namun menempel pada wajah sang Penyelamat yang mememinta bantuan kita.”

Catatan: Gambar di atas hanyalah sebagai ilustrasi.

Tinggalkan komentar