Tuntaskan Masalah Maurole

Oleh FRANS OBON

Sekitar 50-an hektare sawah di Kecamatan Maurole, Kabupaten Ende tidak bisa dikerjakan lantaran ada seorang warga di hulu yang tidak mau memberikan air kepada para petani di hilir. Sudah tiga musim para petani sawah tidak bisa mengerjakan sawah mereka. Hal ini akan berdampak pada ketersediaan pangan para petani dan mempengaruhi pula pencapaian program swasembada pangan yang dicanangkan pemerintah Kabupaten Ende (Flores Pos edisi 15 Desember 2011).

Para petani sawah di Kabupaten Ende.

Efraim Belarminus Ngaga, anggota DPRD Ende dari daerah pemilihan IV, meminta pemerintah untuk segera menyelesaikan masalah ini secepatnya. Sebab kalau tidak, masyarakat akan terancam kekurangan pangan. Dia mengusulkan agar pemerintah kecamatan berkoordinasi dengan pemimpin lokal tradisional setempat (para mosalaki) untuk mencari jalan terbaik menyelesaikan masalah ini.
Lanjutkan membaca “Tuntaskan Masalah Maurole”

Pilihan Bupati dan Wakil Bupati

Oleh FRANS OBON

BUPATI  Manggarai Timur Yoseph Tote menegaskan bahwa pejabat yang tidak berprestasi dan hanya menciptakan masalah di seluruh kantor pemerintah harus diganti oleh pejabat yang lebih produktif. Manggarai Timur yang telah berusia empat tahun memerlukan pejabat yang berprestasi dan bekerja tanpa pamrih dan bukan pejabat yang hanya menjadi bagian dari masalah (Flores Pos edisi 5 Desember 2011).

Bupati mengaku bahwa dia juga sudah mendengar keluhan-keluhan dari masyarakat tentang pejabat pemerintah di Manggarai Timur yang hanya mementingkan diri dan kelompoknya dan mencederai proses pembangunan di kabupaten baru tersebut.

Keluhan tentang pejabat pemerintah yang hanya mementingkan diri dan kelompoknya sudah lama kita dengar dari seluruh Flores. Dengan demikian, masalah yang sekarang disampaikan Bupati Yoseph Tote adalah masalah klasik di Flores, yang tidak pernah tuntas dan serius ditangani.
Lanjutkan membaca “Pilihan Bupati dan Wakil Bupati”

Merawat Keluarga Katolik

Oleh FRANS OBON

SALAH SEORANG  tokoh masyarakat Ende, Yakobus Ari, menyebutkan bahwa Uskup Donatus Djagom SVD memiliki perhatian terhadap masalah perkawinan Katolik. “Dari sekian banyak hal, Beliau sangat memperhatikan soal perkawinan. Perhatiannya terhadap perkawinan Katolik luar biasa. Saya sangat terkesan dengan hal itu,” kata Yakobus Ari (Flores Pos edisi 1 Desember 2011).

Ribuan umat menghadiri misa pemakaman di Gereja Christo Regi di Jln Katedral Ende.

Kalau kita mendengar kata-kata pujian dan menyebut berbagai pencapaian yang diraih umat Katolik Keuskupan Agung Ende di bawah kepemimpinan 27 tahun Uskup Donatus Djagom, kita  yakin bahwa kata-kata pujian itu bukanlah sekadar basa basi, bukanlah sekadar memenuhi etika komunikasi bahwa tentang orang mati, kita harus selalu mengatakan yang baik.
Lanjutkan membaca “Merawat Keluarga Katolik”

Memberdayakan Awam Katolik

Oleh FRANS OBON

SALAH SATU warisan berharga  Mgr Donatus Djagom SVD adalah pemberdayaan kelompok awam Katolik. Sebagai uskup pribumi kedua yang memimpin Keuskupan Agung Ende selama 27 tahun – setelah uskup pribumi pertama Mgr Gabriel Manek SVD — Uskup Donatus memikul tanggung jawab yang besar.

Peralihan kepemimpinan dari uskup-uskup berkebangsaan Eropa ke uskup-uskup yang lahir dari rahim tanah Flores dan sekaligus hasil didikan para misionaris Eropa, bukanlah perkara gampang. Di mana pun baik dalam kepemimpinan sekular maupun kepemimpinan religius, masa transisi dari suatu paradigma ke paradigma lain, selalu menimbulkan persoalan.

Uskup Agung Ende Mgr Vincent Sensi Potokota melayat jenazah Uskup Emeritus Donatus Djagom SVD.

Pada masa awal kepemimpinannya pada tahun 1969,  Uskup Donatus ditantang oleh tuntutan baru dalam kehidupan menggereja di bawah semangat Konsili Vatikan II dan tuntutan baru setelah Tahta Suci Vatikan menyetujui dan mensahkan hierarki Gereja Katolik Indonesia pada tahun 1961. Ini berarti 8 tahun setelah peresmian hirarki Gereja Katolik Indonesia, Uskup Donatus diberi tugas untuk mengisi fase baru dalam kehidupan gereja Indonesia di Flores. Sayangnya ketika hierarki Indonesia berusia 50 tahun, dia pergi ke pangkuan Allah dan beristirahat dalam damai untuk selamanya.
Lanjutkan membaca “Memberdayakan Awam Katolik”

Terbesar Kedua di IBT

Oleh FRANS OBON

JUMLAH  penduduk Nusa Tenggara Timur 4,6 juta jiwa, terdiri dari laki-laki 2.326 juta jiwa dan perempuan 2.357 juta jiwa,  adalah terbesar kedua di Indonesia Bagian Timur (IBT), setelah Sulawesi Selatan. Sekitar 37,31 persen adalah penduduk berusia 0-14 tahun. Sementara laju pertumbuhan penduduk 2,1 persen per tahun (Flores Pos edisi, 24 Novembe 2011).

Kaum muda di Kota Ende, Flores, berpiknik di sebuah pantai.

Gubernur Nusa Tenggara Timur Frans Lebu Raya pada saat menerima penghargaan Manggala Karya Kencana di Kupang, Senin (21/1/2011) mengatakan, salah satu langkah untuk mengerem laju pertumbuhan penduduk adalah dengan melaksanakan program kependudukan dan keluarga berencana.
Lanjutkan membaca “Terbesar Kedua di IBT”

Korban Proyek Pemerintah

Oleh FRANS OBON

WAKIL Ketua DPRD Manggarai Rafael Nanggur meminta masyarakat Desa Wae Renca, Kecamatan Cibal, Kabupaten Manggarai agar bijak mengatur lahan pertaniannya. Bijak agar membagi secara proporsional pemanfaatan lahan pertanian untuk tanaman komoditas perdagangan dan lahan untuk tanaman pangan (Flores Pos edisi 2 Desember 2011).

Para petani di Kampung Nara, Kecamatan Cibal, Kabupaten Manggarai, Flores.

“Saya minta petani di wilayah ini bijak atur lahan. Karena wilayah kita ini sudah dikenal minus stok pangan. Wilayah kita ini stok produksi pangannya kecil sekali. Kita masuk evaluasi minus stok pangan,” katanya.
Lanjutkan membaca “Korban Proyek Pemerintah”

Koperasi Studi Banding

Oleh FRANS OBON

GERAKAN koperasi kredit di Nusa Tenggara Timur sudah berusia 40 tahun. Pada awalnya sebuah Biro Konsultasi Koperasi Kredit dibentuk di Jakarta 1970 dan virus gerakan koperasi kredit itu ditularkan ke daerah-daerah. Gerakan koperasi kredit di Nusa Tenggara Timur bertumbuh melalui Komisi Pengembangan Sosial dan Ekonomi (PSE) Gereja Katolik. Sejarahnya adalah bagian dari komitmen keagamaan untuk mensejahterakan masyarakat.

Studi banding Koperasi Kredit Serviam Kupang ke Kopdit Serviam Ende.

Sekarang koperasi kredit telah bertumbuh dan berkembang menjadi salah satu lembaga keuangan mikro yang bisa diandalkan untuk membantu masyarakat mendapatkan akses keuangan. Melalui gerakan koperasi kredit, masyarakat dididik untuk menyisihkan sedikit dari pendapatan mereka dan menyimpannya di koperasi ssebagai sebuah tabungan masa depan.
Lanjutkan membaca “Koperasi Studi Banding”