Pengembangan Pariwisata Lokal

Objek wisata kampung tradisional Wologai, Kabupaten Ende, Flores.

Oleh Frans Obon

Flores sedang mengembangkan sektor pariwisata dengan Labuan Bajo, Manggarai Barat sebagai pintu masuk utama. Begitu Labuan Bajo dijadikan wisata premium oleh pemerintah pusat, maka serentak semua daerah di Flores berusaha mengembangkan pariwisata di berbagai kabupaten. Boleh dibilang setiap kabupaten berusaha mempromosikan objek wisata yang dinilai layak jual kepada wisatawan.

Tidaklah berlebihan bila disebutkan bahwa Flores memang begitu kaya dengan objek wisata. Pantai-pantainya yang esotik. Budaya tradisionalnya masih terpelihara dengan baik. Wisata religi dengan perasaan keagamaan (sensus religiosus) masyarakat yang tinggi. Objek wisata alam berkelimpahan.

Menyadari hal demikian, sudah lama berkembang diskusi di Flores bahwa pengelolaan objek wisata di semua kabupaten harus dilakukan secara terpadu. Dirancang secara integrated. Hal ini dimaksudkan agar wisatawan dapat melakukan perjalanan wisata di seluruh Flores.

Menikmati semua objek wisata di Flores. Paket-paket wisata yang ditawarkan kepada wisatawan begitu ragam yang mencerminkan kekayaan alam, religi, dan budaya orang-orang Flores. Flores akhirnya diperlihatkan sebagai mosaik keindahan yang patut dikunjungi. Dengan demikian pariwisata premium bukan hanya Labuan Bajo melainkan semua daerah di Flores kaya akan objek wisata yang berkelas.

Keinginan untuk mengembangkan pariwisata yang terpadu ini di satu sisi memerlukan kesatuan dalam perencanaan pengembangan wisata. Namun di sisi lain setiap kabupaten memiliki otonomi masing-masing dalam perencanaan pengembangan pariwisata.

Karena hal ini terkait dengan anggaran dan kebijakan pemerintah daerah setempat. Dalam konteks ini sudah barang tentu amat bergantung pada visi, misi dan program dari pemimpin dari setiap kabupaten. Hal inilah yang membuat perencanaan terpadu tidak bisa dilakukan karena masing-masing kabupaten memiliki kewenangan yang otonom.

Namun sebenarnya kekuasaan dan kewenangan yang otonom itu tidak menghalangi atau tidak menjadi kendala dalam perencanaan pengembangan pariwisata terpadu ini. Setiap daerah merancang program pengembangan pariwisata berdasarkan potensi yang dimilikinya. Mempersiapkan semua infrastruktur yang diperlukan untuk menunjang sektor pariwisata.

Apa yang diperlukan adalah perlu ada koordinasi dan pertemuan para pemimpin pemerintahan untuk menjelaskan arah pengembangan pariwisata dari masing-masing kabupaten. Dari situ bisa dilihat apa yang menjadi keunggulan dari masing-masing daerah.

Objek wisata kampung tradisional Wologai, Kabupaten Ende, Flores.

Berdasarkan hal itu, maka paket-paket wisata disusun dan ditawarkan ke  wisatawan. Kalender-kalender wisata budaya, misalnya dapat dibuat. Demikian juga kalender wisata religi. Dari sini kita bisa lihat master plan pengembangan pariwisata di Flores. Kita akan mendapatkan gambaran yang utuh dari keseluruhan pengembangan pariwisata di Flores.

Langkah berikutnya adalah bagaimana setiap kabupaten membuat peraturan daerah (Perda) tentang pengembangan pariwisata. Beberapa tahun lalu kita dihadapkan persoalan privativasi pantai di Flores. Maka melalui Perda diatur bagaimana seharusnya pengembangan wisata pantai kita.

Demikian pula bagaimana seharusnya kita mengembangkan wisata budaya dan wisata religi serta wisata alam. Semuanya diatur melalui Perda sehingga mengikat semua pihak. Hal ini akan dapat meredam konflik dalam pengembangan pariwisata.

Objek wisata kampung tradisional Wologai, Kabupaten Ende, Flores.

Hal yang tidak kalah pentingnya adalah menciptakan kultur baru yang sesuai dengan pengembangan wisata. Misalnya hospitalitas yang menjadi ciri khas masyarakat lokal kita. Masyarakat kita terkenal dengan keramahtamahan dalam menyambut tamu. Inilah kearifan lokal yang mesti dihidupkan agar wisatawan merasa diterima. Mereka aman dan nyaman berada di lokasi wisata.

Jauh lebih penting dari semuanya adalah bagaimana pemerintah kita memastikan bahwa masyarakat lokal mendapatkan keuntungan dari pengembangan pariwisata. Bagaimana masyarakat kita tidak menjadi penonton. Untuk itu diperlukan perencanaan dan strategi politik dan kebijakan yang menjamin dan memastikan bahwa masyarakat lokal tidak terpinggirkan dari pengembangan pariwisata di Flores.

Artikel ini pernah dimuat sebagai tajuk di Mingguan Florespos Net

Tinggalkan komentar