Nalar dan Integritas

Oleh FRANS OBON

Sabtu pekan lalu, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Flores minta saya bicara soal berpikir kritis. Masih ada tema lain dengan sejumlah pembicara, yang berasal dari Universitas Flores, termasuk Ketua BEM Universitas Flores Agustinus Kembardi Sumbi.

Saya bicara dengan Agustinus Kembardi Sumbi dan Willy Lanamana, salah satu pembicara. Willy Lanamana adalah Pembantu Rektor III yang membidangi kemahasiswaan di Universitas Flores. Baik Agustinus Kembardi Sumbi maupun Willy Lanamana sama-sama memiliki visi bahwa daya nalar mahasiswa perlu dikembangkan. Pengembangan daya nalar ini perlu agar dalam menyikapi masalah-masalah sosial kemasyarakatan mahasiswa memiliki pendasaran ilmiah (Flores Pos, edisi 22 November 2010).
Lanjutkan membaca “Nalar dan Integritas”

Mahalnya Pilkada

Oleh FRANS OBON

Sebuah stasiun televisi swasta, pekan lalu, mendiskusikan soal mahalnya biaya pemilihan umum kepala daerah (pemilukada) di Indonesia. Banyak politisi hadir. Para pengurus partai dan para pengacara. Ada pejabat birokrat. Diskusi Jakarta Lawyers Club itu mengasumsikan bahwa ongkos pemilukada yang besar menjadi salah satu sumber korupsi di daerah-daerah. Kandidat yang menang akan mengisi kembali pundi-pundinya yang sudah terkuras. Dan tentu saja mengisi lebih banyak lagi pundi-pundi keuangannya untuk mengejar lagi kekuasaan. Sebaliknya dalam asumsi yang sama terkandung fakta bahwa yang kalah akan menanggung risiko – mungkin lebih buruk menjadi apes secara ekonomis.
Lanjutkan membaca “Mahalnya Pilkada”

Melawan Intoleransi

Oleh FRANS OBON

Ketika mengunjung Indonesia, Rabu lalu, Presiden Barack Obama memuji toleransi dan perkembangan demokrasi di Indonesia. Presiden kulit hitam pertama Amerika Serikat ini menyebutkan satu contoh bahwa letak Masjid yang berdekatan dengan gereja Katolik menunjukkan bahwa Indonesia mempromosikan toleransi, menjadi simbol keberagaman dan pluralisme agama di Indonesia (lihat The Christian Science Monitor edisi 10 November 2010).
Lanjutkan membaca “Melawan Intoleransi”

Jangan Pakai Kekerasan

Oleh FRANS OBON

Setelah sempat terjadi simpang siur informasi, publik akhirnya mendapatkan kejelasan bahwa Yohanes Kaing (33), warga Desa Rana Mbeling, Manggarai Timur tertembak oleh peluru polisi di perutnya dan tembus hingga punggung. Dia dibawa ke RSUD Ruteng setelah sempat mendapat pertolongan di Puskesmas Mukun (Flores Pos edisi, 30 Oktober 2010).

Yohanes Kaing mengaku bahwa dia dan dua rekannya terlibat dalam judi bola guling. Mereka tahu polisi datang dan tidak mau memberikan perlawanan. Menurut Kaing, polisi datang dan memeluk lehernya, lalu pistol ditodongkan ke perutnya. Meledak. Dia terluka pada perut bagian kiri tembus hingga pinggang.
Lanjutkan membaca “Jangan Pakai Kekerasan”

KPUD

Oleh FRANS OBON

Seperti pertandingan bolakaki di Indonesia umumnya, wasit sering memicu pertikaian, begitu pula dengan pemilihan umum, Komisi Pemilihan Umum (Daerah) sering pula memicu perdebatan dan menimbulkan kemarahan. Selalu ada rasa iri dan ketidakpuasan terhadap komisi penyelenggara pemilu. Ketidakpuasan bisa muncul di berbagai tahapan. Bisa saja kemarahan dipicu oleh hal-hal yang memang benar-benar terjadi seperti yang dituduhkan, tapi bisa pula karena ketidaksediaan untuk menerima kekalahan. Padahal kematangan demokrasi ditandai pula oleh kesediaan menerima kekalahan dan mengabdikan kemenangan untuk kesejahteraan dan kebaikan bersama.
Lanjutkan membaca “KPUD”