Kampung Besar Labuan Bajo

Oleh FRANS OBON

KEPALA  Bandar Udara (Bandara) Komodo Labuan Bajo, Herman Joseph mengeluh bahwa pagar besi Bandara Komodo telah banyak dirusak dan dicuri. Hal inilah yang membuat sapi-sapi berkeliaran di landasan pacu bandara dan petugas bandara mendapat tambahan tugas baru memungut atau membersihkan kotoran  sapi-sapi di landasan pacu sebelum pesawat mendarat  (Flores Pos edisi 6 Desember 2011).

Bandara Komodo Labuan Bajo.

Menurut Hermah Joseph, petugas bandara terpaksa membersihkan kotoran sapi di landasan pacu demi menghindari bahaya yang timbul saat pesawat mendarat. Karena pagar bandara sudah rusak, maka pihak manajemen Bandara Komodo telah mengajukan satu proyek baru kepada pemerintah pusat. Dalam proposalnya akan dibangun pagar keliling sepanjang 5.500 meter. Namun pemerintah pusat hanya menyetujui sepanjang 1.100 meter. Dengan demikian proyek  pagar bandara ini akan dilanjutkan pada tahun berikutnya.

Kita sudah lama mendengar keluhan mengenai sapi-sapi yang berkeliaran di Labuan Bajo tersebut. DPRD Manggarai Barat mengeluh. Elite birokrasi juga mengeluh. Tetapi masalah ini tidak pernah tuntas ditangani dan diselesaikan. Padahal masalah ini adalah masalah penting dan gawat karena terutama menyangkut keamanan dan keselamatan penumpang. Masalah nyawa manusia. Ini bukan soal keindahan panorama kota, meskipun masalah kebersihan dan keindahan adalah salah satu syarat bagi sebuah kota layak huni. Sebab keteledoran kecil saja, nyawa seluruh penumpang pesawat terancam.

Di satu pihak pemerintah lokal  menjadikan pariwisata prioritas utama. Pemerintah bersama DPRD meminta perhatian pemerintah pusat untuk mengucurkan dana pembangunan sarana dan prasarana sebagai langkah strategis pengembangan pariwisata Manggarai Barat. Bahkan Kementerian Pariwisata sudah menetapkan Labuan Bajo sebagai salah satu destinasi pariwisata Indonesia 2013. Bersama dengan itu pula  pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur juga akan men-launching tahun 2013 menjadi tahun kunjungan wisata ke NTT.

Namun di Manggarai Barat, usia masalah sapi-sapi berkeliaran terutama di fasilitas publik seperti bandara yang terkait erat dengan keselamatan penerbangan, hampir sama dengan usia Manggarai Barat sebagai kabupaten. Manggarai Barat berulang tahun, berulang tahun juga masalah ini.

Bandara Komodo Labuan Bajo, Manggarai Barat.

Kita pada akhirnya bertanya: apa yang ada dalam benak masyarakat Manggarai Barat ketika memperjuangkan Manggarai Barat sebagai satu kabupaten otonom atau gegap gempita perjuangan dan peresmian  Kabupaten Manggarai Barat hanya keinginan elite kekuasaan yang memanfaatkan peluang yang diberikan pemerintah pusat untuk memburu kekuasaan? Apakah perjuangan Manggarai Barat sebagai kabupaten hanya mau menciptakan pahlawan-pahlawan baru yang dibaptis dengan nama pahlawan pemekaran?

Apakah gegap gempia masyarakat membentuk Kabupaten Manggarai Barat hanya demi kepentingan lapangan kerja baru bagi tamatan pendidikan tinggi untuk merebut peluang menjadi pegawai negeri? Apakah juga perjuangan itu hanya untuk membuka  peluang kerja baru bagi kontraktor yang mengharapkan  proyek pemerintah?

Kota-kota kita memang bertumbuh dan berkembang dari kampung-kampung. Dalam satu kota biasanya terdapat beberapa kampung. Migrasi penduduk baik dari dalam daerah bersangkutan maupun dari luar daerah membuat kampung-kampung tersebut menjadi sebuah kota.

Labuan Bajo juga demikian, dia berkembang dari kampung-kampung. Tetapi Labuan Bajo sebagai sebuah kota kabupaten tentu saja harus bisa meninggalkan watak kampungnya itu. Pertama-tama sebagai ibu kota kabupaten, apalagi sebagai kota pariwisata, Labuan Bajo sudah seharusnya meninggalkan watak sebagai sebuah kampung besar dan bertumbuh menjadi sebuah kota yang layak huni. Kita hanya memerlukan sedikit keberanian untuk menuntaskan masalah ini.

Bentara, 7 Desember 2011

 

 

Tinggalkan komentar